Menjadi mahasiswa tidak akan bisa terlepas dari sebuah penelitian, khususnya penelitian sebagai syarat tugas akhir. Kali ini fenomena yang disetujui oleh dosen pembimbingku adalah fenomena terkait Muslimah Bercadar. Jika ditanya gimana perasaannya ketika akan menggeluti penelitian terkait tema yang lumayan sensitif itu ? pasti awalnya takut, takut menyakiti hati pihak yang bersangkutan tentunya.
Awal Mula
Penelitian ini diawali ketika aku menginjak semester 5 di Jurusan Psikologi, tepatnya pada mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif. Sempat pusing ketika akan mengajukan fenomena yang nantinya akan digunakan sebagai bahan penelitian dengan kriteria subjek yang khusus dan jumlahnya tidak banyak sehingga tidak menggunakan metode survey sebagai pengumpulan datanya, melainkan menggunakan metode wawancara secara langsung dengan narasumber terkait.
Mempertimbangkan hal tersebut akhirnya pilihanku jatuh pada Muslimah Bercadar. Salah satu hal membuatku memutuskan hal itu adalah karena temanku SD baru saja memutuskan untuk bercadar, dimana hal tersebut sangat di luar ekspektasiku. Selain penasaran kenapa akhirnya seseorang memutuskan untuk bercadar, akupun ingin memahami perjuangan yang dilakukan ketika awal memutuskan bercadar.
Penelitianpun kulakukan berbekal handphone sebagai alat perekam, daftar pertanyaan yang sudah diturunkan dari rujukan teori, dan catatan kecil. Meskipun kali ini merupakan penelitian sederaha, namun temuan yang kuperoleh cukup menarik. Dimana memang stigma masyarakat masih cenderung negatif terhadap wanita bercadar, temanku bahkan sempat dicerca dengan istilah teroris, ninja, dan lain sebagainya.
Pengerjaan laporan inipun sangat membutuhkan effort yang cukup berat bagiku saat itu. Karena harus mengubah format audio dalam bentuk teks, yang artinya aku harus mendengarkan baik-baik setiap kata yang diucapkan untuk kemudia diketik dalam word. Satu hal yang lebih menyakitkan adalah saat itu aku mendapatkan musibah, yaitu laptopku hilang di kosan. Tapi menariknya flashdisk yang menempel di laptop masih ditinggalkan oleh pencuri itu. Tak tau lagi apakah aku harus mengucapkan terimakasih kepada pencuri itu karena setidaknya aku masih punya file tugas-tugasku yang tersimpan di laptop.
Langkah Berikutnya
Semester 5 berlalu, dan aku mulai menapakkan kakiku di semester 6. Salah satu mata kuliah yang mencuri banyak energiku yaitu sempro, dimana kita harus menyusun BAB 1,2,3 untuk kemudian diajukan dalam sidang. Semester ini menjadi pengantarku untuk mulai mengenal yang namanya bimbingan pribadi dengan dosen pembimbing.
Pemilihan metode penelitian menjadi hal yang cukup membingungkanku, karena banyak rumor yang beredar bahwa jika menggunakan metode penelitian kualitatif maka akan membuat mahasiswa lama lulus. Namun, di satu sisi karena mendapat nilai yang cukup memuaskan di mata kuliah penelitian kualitatif sebelumnya serta ingin mendalami tema terkait wanita bercadar, aku ingin memperjuangkan tema tersebut.
Akhirnya aku menjatuhkan pilihan pada metode penelitian kualitatif yang berarti aku meneruskan hasil penelitianku sebelumnya. Beruntungnya aku adalah mendapatkan dosen pembimbing yang sama dengan dosen mata kuliah metode penelitian kualitatif, sehingga merupakan dosen yang ekspert di bidang ini dan tidak asing dengan fenomena yang kuajukan sebagai fenomena dalam seminar proposal. Meskipun tema yang diangkat cenderung berbeda dari tema sebelumnya, namun masih berkaitan satu sama lain. Dimana ketika semester 5 aku meneliti tentang gaya hidup muslimah bercadar dengan teori dasar pengambilan keputusan, di semester 6 ini aku berfokus pada konstruksi identitas muslimah bercadar.
Adapun hasil penelitian sebelumnya dapat digunakan sebagai studi pendahuluan di BAB 1. Hingga berlanjut di BAB 2 dan BAB 3, tidak ada hambatan yang cukup terasa dan bimbingan cenderung berlangsung lancar. Sidang sempro pun tidak terasa sudah terlewati dengan baik, meskipun ketika diberikan pertanyaan oleh dosen penguji cukup menguras otak dan membuatku sedikit cemas.
Penelitian sesungguhnya
Berlanjutlah ke semester 7, yaitu semester awal dimulainya skripsi. Salah satu keberuntunganku yang lain adalah mendapatkan dosen pembimbing yang sama dengan sebelumnya, sehingga tidak perlu mengulang dari awal untuk berdiskusi dan mendapatkan pengarahan dari dosen. Ketika itu, dosen pembimbingku menyarankan sambil jalan untuk mulai melakukan penelitian. Betapa senangnya diriku ketika tidak perlu mengulang semuanya dari awal.
Sayangnya skripsi bukanlah satu-satunya mata kuliah di semester 7, KKN dan PKL menjadi mata kuliah lain yang harus diambil. KKN merupakan mata kuliah yang mewajibkan mahasiswanya untuk melakukan pengabdian di masyarakat. Singkat cerita, aku bersama teman-temanku mengajukan jenis proposal KKN Keilmuan yang dapat memilih lokasi penempatan KKN dan kami memilih lokasi yang tidak jauh dari kampus.
Sebelum KKN, aku sempat melakukan satu kali wawancara dengan narasumber. Niat hati ingin melakukan penelitian sembari KKN ternyata bukan hal yang mudah. Selain aku harus membuat janji dengan narasumber, aku juga harus menyesuaikan dengan jadwal program kerja KKN. Ditambah lagi saat itu aku masih belum bisa menaiki motor sendiri. Selama KKN, aku hanya bisa menyempatkan diri untuk melakukan penelitian sebanyak 1 kali, dan ternyata ketika didengarkan, hasil rekaman tidak dapat didengarkan sama sekali yang membuatku harus mengulang penelitian.
KKN berlalu dan dilanjutkan dengan PKL atau magang. Tentunya ketika magang aku sama sekali tidak bisa melakukan penelitian karena harus berangkat ke tempat magang setiap hari. Skripsiku pun sama sekali tidak bisa kupegang dan aku berfokus mengerjakan serangkaian laporan dan tugas PKL.
Setelah serangkaian proses KKN dan PKL beserta ujiannya, aku langsung memutuskan untuk bimbingan skripsi berbekal hasil wawancara sebelum KKN pada narasumber pertama. Setelah itu fokusku langsung tertuju pada skripsi. Pengambilan data dilakukan selama masing-masing 2 kali pada 3 narasumber yang berbeda. Ketika melakukan wawancara tentunya aku memakai pakaian gamis untuk menghormati mereka, meskipun dalam kehidupan sehari-hari pakaian yang kukenakan juga tidak memperlihatkan lekuk tubuh.
Penelitian dilakukan di beberapa tempat, namun 3 kali dilakukan di masjid yang berbeda beda, 1 kali di rumah salah satu narasumber, dan 2 kali di kampus tempat narasumber kuliah. Aku sempat diajak untuk mengikuti pengajian yang diadakan di masjid tersebut, namun belum bisa kuikuti karena alasan tertentu. Selain itu juga salah satu diantara mereka berjualan kerudung dan sempat aku ditawari untuk membeli kerudung yang ia jual yang menutup tubuh dan ada juga yang satu paket dengan cadar.
Kesan
Kesan yang aku rasakan ketika bersama mereka cenderung sama seperti ketika aku berbicara dengan teman atau orang lain pada umumnya. Mereka juga manusia, hanya saja memiliki pilihan untuk lebih taat dalam berpakaian. Mereka telah menerima banyak penolakan dan tuduhan dari masyarakat yang tidak seharusnya mereka dapatkan. Terlepas dari beberapa oknum yang memanfaatkan sebuah fenomena untuk kepentingan politik, ada baiknya jika kita mampu menghargai perbedaan satu sama lain. Adapun menghargai tidak harus membuat kita menjadi sama.
Sekian cerita pengalamanku ketika melakukan penelitian tentang muslimah bercadar. Semoga bermanfaat.
Posting Komentar
Posting Komentar