Di era yang mulai melek dan peduli terhadap kesehatan mental ini mulai banyak timbul pertanyaan terkait bagaimana sebenarnya kepribadian yang sehat itu. Definisi kepribadian sehat sejauh ini masih memiliki banyak versi, tentunya dari tokoh-tokoh dalam bidang keilmuan Psikologi. Pada kesempatan kali ini kita akan sedikit ulas mengenai kepribadian sehat versi Maslow. Namun, yang perlu kita ketahui adalah, ketika kita tidak memenuhi satu atau beberapa ciri yang disampaikan oleh Maslow maka bukan berarti kita memiliki kepribadian yang sakit, karena sebuah kepribadian yang sehat secara ideal hanya bisa diusahakan saja.
Sebelum
masuk ke ulasan inti, mari kita kenali terlebih dahulu secara singkat tentang
siapa itu Maslow ?
Abraham Maslow
Abraham
Harold (Abe) Maslow lahir di Manhattan, New York pada tanggal 1 April 1908. Ia
tumbuh sebagai anak kecil yang penuh dengan perasaan rendah diri dan pemalu. Ketika
dewasa ia masih menjadi pribadi yang pemalu namun terkenal sebagai mahasiswa
yang sangat pintar dengan nilai IQ 195.
Sepanjang
hidupnya, Maslow menerima banyak penghargaan, termasuk keikutsertaannya pada
pemilihan presiden American Psychological Association. Sebagai salah satu tokoh
yang memberikan sumbangsih dalam dunia Psikologi khususnya Psikologi
Humanistik, Maslow turut menyumbangkan konsep hierarki kebutuhan, yaitu
kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan cinta dan keberadaan,
kebutuhan penghargaan, dan aktualisasi diri.
Berdasarkan
hierarki kebutuhan di atas, dapat kita bayangkan kaki kita perpijak pada tangga
pertama terlebih dahulu sebelum naik ke tangga berikutnya. Maka kita harus
memenuhi kebutuhan fisiologis terlebih dahulu untuk masuk ke tahap selanjutnya
dan yang paling tinggi adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Sifat-Sifat Khusus Aktualisasi Diri
Abraham
Maslow menggambatkan aktualisasi diri dalam 15 sifat khusus. Adapun sifat-sifat
khusus tersebut adalah sebagai berikut :
1. Memandang Dunia Secara Objektif
Pandangan
tersebut digambarkan sebagai pandangan yang tidak meletakkan standar pribadi
terhadap dunia.
2. Penerimaan
Penerimaan
yang dimaksud adalah penerimaan atas diri kita apa adanya dan juga orang lain,
termasuk di dalamnya kelemahan dan kelebihan. Serta penerimaan akan kodrat atau
takdir yang sudah kita bawa.
3. Spontanitas, Kesederhanaan, Kewajaran
Berperilaku
menjadi diri sendiri tanpa manipulasi dalam kehidupan sehari-hari namun tetap
bijaksana dan penuh perhatian kepada orang lain.
4. Fokus Pada Masalah di Luar Diri
Perhatian
tidak bersifat satu arah pada diri sendiri, namun lebih berfokus pada dedikasi
terhadap hal-hal di luar diri, seperti perwujudan diri dalam bekerja.
5. Kebutuhan Akan Privasi dan Kemandirian
Orang
yang mampu mengaktualisasikan diri cenderung membutuhkan ‘pemisahan’ dengan
dunia luar dan privasi. Adapun kepuasan diperoleh dari usaha diri sendiri dan
tidak bergantung pada orang lain.
6. Berfungsi Secara Otonom
Keberfungsian
tidak bergantung pada situasi dunia luar, namun lebih kepada potensi-potensi
yang dimiliki dari dalam diri individu.
7. Apresiasi yang ‘Segar’
Mampu
memberikan penghargaan yang tulus kepada hal-hal dari dalam maupun luar diri
yang hadir setiap hari serta kepada pengalaman-pengalaman yang bersifat baru.
8. Pengalaman ‘Puncak’
Pengalaman
tersebut digambarkan sebagai sebuah pengalaman yang bersifat intuitif dan
positif, adapun pengalaman tersebut berbeda-beda tiap individu. Salah satu
contoh pengalaman ‘Puncak’ yang disebutkan adalah pengalaman berkaitan dengan
keagamaan.
9. Minat Sosial
Pengaktualisasian
diri juga muncul dalam bentuk ketertarikan dalam membantu orang lain yang
diliputi oleh perasaan simpati dan empati terhadap sesama.
10. Hubungan Antar Pribadi
Mampu
menjalin hubungan yang kuat dengan orang lain, kaitannya mampu berfungsi secara
sosial di masyarakat secara umum dan tidak mengurung diri.
11. Struktur Watak Demokratis
Cenderung
mampu menerima semua orang tanpa membeda-bedakan satu sama lain berdasarkan
kelas sosial, warna kulit, ras, agama, dan lain sebagainya akan membuat
kepribadian seseorang menjadi lebih aktual.
12. Perbedaan Sarana dan Tujuan, Baik dan Buruk
Memiliki
kemampuan yang dapat membedakan sarana dan tujuan. Bahwa tujuan bukanlah
sarana, karena sarana adalah suatu hal untuk mencapai tujuan. Begitu pula
kemampuan untuk mengidentifikasi hal baik dan buruk, sehingga tidak melanggar
norma dan nilai yang dipegang dalam masyarakat.
13. Humor yang Tidak Menimbulkan Permusuhan
Salah
satu yang tidak kalah penting adalah selera humor yang tidak menyinggung atau
menimbulkan permusuhan dengan orang lain. Humor bersifat netral tanpa
unsur-unsur atau keinginan untuk menyakiti orang lain.
14. Kreativitas
Kreativitas
dapat dijadikan wujud atau bentuk dari aktualisasi diri seseorang. Melalui
kreativitas maka akan muncul sebuah produk yang membuat diri seseorang merasa
lebih berharga karena mampu menghasilkan karya.
15. Resistensi Terhadap Inkulturasi
Cenderung
mampu beradaptasi dengan budaya yang ada. Tidak diobang ambingkan oleh budaya
baru yang masuk dan juga tidak sepenuhnya menolak budaya tersebut.
Mampu
mengaktualisasikan diri atau dapat menjalankan fungsi sebagaimana manusia
secara individu dan sosial dengan menghasilkan sebuah pemahaman maupun karya
dipandang sebagai kepribadian yang sehat menurut Abraham Maslow. Apakah
teman-teman merasa sudah sehat ? atau sedang berupaya untuk menjadi sehat ?
Nah
bagi temen-temen yang merasa stres, frustasi, marah, takut, atau cemas karena
pandemi yang panjang, disini aku ingin sedikit berbagi informasi terkait
layanan konseling gratis oleh Asosiasi Psikologi Kesehatan Indonesia yang dapat
diakses melalui WA : 081212939187 (Reza). Informasi lengkap dapat kunjungi IG
@himpsipusat.
Sekian
dan Terimakasih
Referensi
:
Feist,
J., & Feist, G. J. (2016). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba
Humanika.
Schultz,
D. (1977). Psikologi Pertumbuhan : Model-Model Kepribadian Sehat
(Terjemahan). Yogyakarta: PT Kanisius.
IG
: @himpsipusat
Posting Komentar
Posting Komentar