GubugJiwa

Merasa tidak layak mendapat pujian ? (Mengenal Impostor Syndrome)

Posting Komentar

 

Tidak Pantas Mendapat Pujian

            Perjalanan hidup memang tidak bisa kita lepaskan dari yang namanya proses dan beberapa pencapaian dalam hidup. Pencapaian tersebut seolah menjadi salah satu prediktor layak atau tidak layak seseorang menduduki posisi tertentu. Ketika mencapai sebuah pencapaian tertentu tidak sedikit orang-orang di sekitar kita memberikan respon baik itu positif ataupun negatif.

            Sudah menjadi hal wajar bagi kita sebagai makhluk sosial untuk berkomunikasi satu sama lain. Respon yang kita atau orang lain berikan atas dasar terjalinnya sebuah komunikasi menjadikan sebuah hal yang perlu diberikan respon balik. Nah respon ini dapat berwujud kata-kata, sikap, perilaku, atau yang lebih dalam adalah bagaimana kita memprosesnya di dalam pikiran kita.

            Mungkin beberapa diantara kita merasa bahwa segala pencapaian kita saat ini adalah sebuah keberuntungan, sehingga merasa tidak layak mendapatkan pujian. Lebih lanjut, ternyata hal ini pernah menjadi bahan penelitian yang disebut sebagai Impostor Syndrome atau Imposter Phenomenon.

Apa itu Impostor Syndrome ?

            Berbeda dengan istilah impostor yang muncul pada permainan yang sempat menjadi trend yaitu Among Us yang merujuk pada tokoh penipu yang bertugas membunuh crew mate. Istilah ini merujuk pada keadaan psikologi tertentu.

Impostor Syndrome Bukan Gangguan


Sebuah artikel yang diterbitkan Universitas Gajah Mada (https://www.ugm.ac.id/id/berita/20226-psikolog-ugm-paparkan-fakta-impostor-syndrome), seorang Psikolog Klinis UGM sekaligus Dosen yaitu Tri Hayuning Tyas, S.Psi., M.A., ini menyatakan bahwa Impostor Syndrome ini adalah sebuah keadaan psikologis (bukan merupakan gangguan) dimana seseorang meragukan pencapaian atau keberhasilan yang diraih sehingga tidak mampu menerima dan menginternalisai pencapaian yang diraih.

Perasaan ini seolah menganggap terdapat banyak faktor lain yang lebih mempengaruhi keberhasilan yang diperoleh dibandingkan faktor internal (kemampuan) yang ia miliki. Faktor yang seolah menjadi hal utama sebuah pencapaian atau keberhasilan diantaranya adalah faktor keberuntungan (luck), usaha yang keras, pengaruh orang lain, dugaan kesederhanaan tugas, waktu yang tepat, dan faktor eksternal lain. Hal-hal tersebut dianggap mengurangi keberhasilan yang diraih (Young dalam Nurhikma, 2019).

Jika dilihat, perasaan tidak yakin akan kemampuan ini cukup mempengaruhi kepercayaan diri pada seseorang. Padahal sejatinya individu tersebut memiliki kemampuan, namun membutuhkan usaha untuk lebih mempercayainya (Young, 2004; Wulandari, 2007, Nurhikma, 2019).

Karakteristik

            Bukan sebagai sarana untuk melakukan self-diagnose, namun dapat menjadi tambahan pengetahuan terkait beberapa karakteristik seseorang dengan impostor syndrome. Berikut beberapa katakteristik menurut Clance dan Imes (Patzak, Kollmayer, & Schober, 2017, Nurhikma, 2019) :

Siklus Impostor

            Siklus ini disebutkan sebagai sebuah proses dimana seseorang terkesan menunda-nunda pekerjaan yang sebenarnya sedang melakukan persiapan. Persiapan ini dianggap berlebihan karena adanya ketakutan-ketakutan yang timbul. Kemudian ketika berbuah keberhasilan, maka keberhasilan yang diperoleh dianggap sebagai buah dari faktor eksternal seperti keberuntungan, bukan dari kemampuannya.

Ingin Menjadi Terbaik

            Keinginan atau harapan yang terlalu tinggi dan cenderung tidak realistis ini akan menjadikan individu ragu terhadap diri sendiri untuk dapat mewujudkannya,  hingga menganggap kemampuannya sebagai sebuah hal yang palsu. Kita selalu diajarkan memiliki mimpi yang tinggi sebagai sebuah motivasi atau dorongan untuk mengasah kemampuan kita.

Apa Itu Impostor Syndrome


Akan tetapi terkadang ukuran dalam merangkai sebuah mimpi adalah proses pembandingan dengan orang lain yang memiliki latar belakang yang sangat berbeda dari hal yang kecil hingga hal yang besar.  Kita terkadang lupa bahwa kita memiliki kemampuan yang belum tentu dimiliki oleh orang lain begitu pula sebaliknya.

Superhero

            Hal ini menjadi salah satu hal yang juga berhubungan dengan harapan, dimana individu dengan impostor syndrome memiliki ketakutan tidak mampu memenuhi harapan orang lain. Pada dasarnya individu ini berharap mampu menjadi oran yang luar biasa, namun tidak nyaman dan cenderung menolak pujian atas prestasi yang telah diraih.

Takut Gagal

            Seolah menjadi hal yang umum dirasakan oleh banyak orang, kegagalan menjadi momok tersendiri yang cenderung dihindari. Begitu juga dengan seorang impostor yang cenderung menjadi putus asa akan ketakutannya pada kegagalan sehingga cenderung menghindari segala bentuk kegagalan.

Menolak Kemampuan Diri dan Atribusi Keberhasilan dari Faktor Eksternal

            Individu ini cenderung berusaha menjelaskan keberhasilannya berdasarkan faktor-faktor eksternal dibandingkan kemampuannya. Kecenderungan yang muncul adalah menolak kecerdasan dan/atau kemampuannya sehingga mencari berbagai faktor lain sebagai pendukung pencapaiannya.

Takut Evaluasi

            Perasaan cemas akan evaluasi yang diberikan oleh orang lain membuat individu ini cenderung menghindari evaluasi dari orang lain. Hal ini seolah menjadi ketakutan ketika orang lain mengetahui sisi lemahnya yang tidak ingin diketahui oleh orang lain.

Takut Keberhasilan

            Selain ketakutan akan evaluasi, individu dengan impostor syndrome ini juga takut akan keberhasilan yang akan dicapainya suatu saat kelak, hal ini dikarenakan keraguan akan kemampuannya. Keraguan yang muncul juga berkaitan dengan mempertahankan keberhasilannya, apakah dapat mengulangi keberhasilan yang sama. Disisi lain sebuah keberhasilan juga akan mempengaruhi ekspektasi orang lain terhadap dirinya yang berarti akan menambah bebannya untuk memenuhi ekspektasi orang lain.

 

            Satu hal yang perlu diingat adalah, Impostor Syndrome ini bukanlah merupakan gangguan yah teman-teman, jika terdapat salah satu atau beberapa atau bahkan semua karakter di atas maka setidaknya kita tau apa yang sedang kita alami. PR-nya adalah bagaimana cara kita keluar dari lingkaran itu agar mampu untuk lebih percaya diri dan percaya akan kemampuan kita. Semoga Bermanfaat !

            Terimakasih sudah membaca sampai akhir, mohon maaf apabila terdapat hal-hal yang kurang berkenan.

           

Referensi

Ika. (2020, Oktober 18). Kabar Fakultas. Diambil kembali dari UGM: https://www.ugm.ac.id/id/berita/20226-psikolog-ugm-paparkan-fakta-impostor-syndrome

Nurhikma, A. (2019). Pengaruh Self-Esteem dan Academic Hardiness Terhadap Impostor Phenomenon Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

 

           

santiriksa
Sedang belajar ngeblog II Yuk Follow IG @gubug_jiwa atau klik logo Instagram di halaman paling bawah

Related Posts

There is no other posts in this category.

Posting Komentar