Hari ini, sudahkah berterima kasih pada diri sendiri ? karena telah bertahan, menyeka air mata yang menetes sambil mengukirkan senyum di waktu sama. Melangkahkan kaki menuju ke episode waktu yang baru, tahun 2022.
Tidak apa, jika beberapa resolusi atau harapan di tahun 2021
masih menjadi resolusi atau harapan di tahun 2022. Kalau kata orang “Tuhan
punya rencana-Nya sendiri”.
Salah satu kalimat klise yang akan kita dengar saat merasa
di titik terbawah adalah “Kamu tidak sendirian”. Kalimat itu bisa saja benar
dan bisa saja salah, tergantung bagaimana cara kita memaknainya.
Ketika memaknainya dengan cara melihat hanya pada satu saja
aspek kehidupan tanpa melibatkan aspek lain (misalkan “belum berhasil dalam
satu bidang”) pastinya kita tidak sendirian. Masih banyak teman kita yang
merasakannya, dan agak kejamnya adalah mau tidak mau hidup tetap harus
berjalan. Tidak hanya hidup kita, tapi hidup orang yang menyayangi kita, orang
yang kita sayangi, dan hidup orang lain dari negeri entah berantah.
Namun, hal itu menjadi tidak berlaku ketika masuk ke dalam
ranah yang lebih privasi. Dengan hal-hal yang tidak bisa kita ceritakan kepada
siapapun, kaitannya dengan peristiwa-peristiwa di masa lalu kita. “Kamu Hebat”
. Tidak ada satupun orang yang merasakan hal sama persis seperti kita. Kalau
kata orang “Akupun tidak akan kuat jika jadi kamu, pun kamu, belum tentu kuat
jika jadi aku”. Semua sudah sesuai porsinya nak, katanya.
Tidak menutup kemungkinan, beberapa aspek kehidupan kita
menemukan beberapa persamaan, misalnya kesamaan perjuangan, kesamaan konflik,
kesamaan perjuangan yang membuat diri kita menjadi sedikit lebih kuat.
Meskipun, pada akhirnya kebahagiaan kita berada di tangan kita sendiri, ada di
dalam kendali kita.
Ada beberapa cara kita untuk berterimakasih dengan diri kita
sendiri, misalkan :
1. Berbicara di depan cermin
Amati dengan baik-baik mata yang ada di dalam cermin itu,
mata itu telah melihat banyak sekali kenangan, mata itu telah mengeluarkan
berbagai jenis air mata. Hidung itu, mulut, pipi, rambut, dan apapun yang
terlihat di dalam cermin itu.
Diam sejenak, rasakan semua perasaan yang muncul,
menangislah jika ingin. Lalu ucapkan semua yang ingin keluar, jangan kutuk
salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang berdiri tepat di dalam cermin itu.
Ucapkan terimakasih sembari ingat beberapa perjuangan hebat yang selama ini
telah dilakukan, urusan hasil ? mau berhasil ataupun dianggap gagal, sosok di
dalam cermin itu sudah melakukan tugasnya dengan baik sesuai versinya meskipun
jauh dari kata sempurna.
2. Self Reward
Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan
penghargaan untuk diri sendiri, tidak harus hal yang mahal atau mewah, namun
jika ingin juga tidak masalah.
Ada banyak alternatif pilihan untuk memberikan self reward
untuk diri sendiri. Jalan-jalan, beli coklat di minimarket, nonton film
kesukaan di bioskop, bermain di tempat bermain dan berbagai self reward lain
yang sudah diniatkan untuk berterimakasih kepada diri sendiri atas semua hal
baik yang diusahakan.
3. Beri Jeda
Seperti halnya berlari mengelilingi lapangan, berjuang juga
butuh energi, baik secara fisik maupun mental. Beberapa papan reklame di jalan
bahkan sampai berkata “istirahat, kamu bukan robot”.
Beri kepastian waktu yang jelas untuk beristirahat karena
hal ini sangat penting agar istirahat lebih efektif. Maksimalkan waktu jeda
untuk beristirahat dari hiruk pikuk dunia luar yang sangat bising itu.
Pertanyaan baru muncul “bagaimana caranya, waktuku tidak banyak ?”
Terjawablah oleh angin “tidak perlu banyak waktu, cukup yang
berkualitas”, satu satunya orang yang paling mengerti dimana celah untuk
memberi jeda adalah diri kita sendiri. Coba renungkan bagaimana caranya.
4. Tulis Surat
Tidak harus berbentuk surat, namun tulis saja ucapan itu di
media yang disukai. Di daun mungkin, atau buku diary, dan apapun itu.
Tuliskan ucapan terima kasih kepada diri sendiri. Sama
halnya dengan berbicara di depan cermin, hanya saja dengan menggunakan media
yang berbeda.
Entahlah, ketika flashback ke perjuangan yang telah lalu,
beberapa dari kita akan menitikan air mata, dan disitulah kita akan lebih
menerima perasaan kita.
Menghela napas, sudah seperti bernapas itu sendiri, tidak
disadari, melepaskan emosi apapun itu dengan secarik untaian kata “yasudahlah”
menjadi keseharian. Mungkin ketika mempraktikkan beberapa alternatif cara di
atas akan dibarengi dengan aktivitas itu, its okay, its normal J
Sejenak terlintas, untuk apa sebenarnya mengucapkan
terimakasih kepada diri sendiri ? Entahlah, coba rasakan sendiri manfaatnya,
secara pribadi, mungkin bisa kita anggap sebagai memanusiakan diri kita sendiri
dan menjadi bahan bakar untuk melanjutkan perjuangan di episode kehidupan
berikutnya.
Namun, jika masih dirasa berat, maka tidak ada salahnya
untuk menghubungi profesional (psikolog atau psikiater) terdekat.
Pict by : pixabay
Akses tersebut bisa diperoleh di rumah sakit, beberapa
puskesmas, praktik pribadi, atau bisa dengan menggunakan aplikasi kesehatan
yang banyak tersedia di play store. Proses konsultasi juga dapat dilakukan
secara online maupun tatap muka secara langsung dengan varian biaya yang
bervariasi. Beberapa akses kesehatan jiwa juga dapat menggunakan BPJS
kesehatan.
Tidak apa untuk mengulangi resolusi di tahun sebelumnya, dan
tidak apa juga untuk meningkatkan resolusi itu. Jangan lupa berterima kasih
pada jiwa dan fisik yang dititipkan oleh Tuhan ini. Sekian.
Posting Komentar
Posting Komentar