GubugJiwa

Aku Memilih Pilih-Pilih Teman

5 komentar
Toxic Friend

    Dulu sempat ada ungkapan yang menganjurkan kita untuk tidak pilih-pilih teman dalam bergaul. Aku pribadi sangat setuju dengan ungkapan tersebut dalam rangka mengurangi diskriminasi seperti warna kulit, latar belakang keluarga, atau status sosial. Akan tetapi kita tetap memiliki hak untuk memilih mana saja orang yang bisa kita jadikan teman berbagi, tentunya yang tidak merugikan satu sama lain agar tidak terjebak dalam toxic friendship.

Mengenal Toxic Friendship

    Siapa sih yang pengen terlibat dalam sebuah pertemanan yang beracun ? patinya kita tidak ingin menjadi bagian dari hubungan yang tidak menyenangkan itu. Gillard (2016:2, dalam Janah, 2020) mendefinisikan toxic friendship ini sebagai sebuah perilaku yang dilakukan seorang teman dan memberikan dampak negatif seperti, stress, penurunan berat badan, kenaikan berat badan yang berlebih, rambut rontok, kecemasan, depresi, amarah, dan berbagai masalah kesehaan lain.

    Definisi lain disebutkan oleh Yager (2006:29-31 dalam Janah, 2020) dimana pertemanan yang beracun ini merupakan hubungan persahabatan yang berbahaya dan merusak, yang juga hanya bersifat satu arah. Ketika kita berteman dengan seseorang maka akan timbul hubungan simbiosis mutualisme atau saling memberikan dampat positif satu sama lain. Bukan yang bersifat satu arah dan cenderung merujuk pada hubungan simbiosis parasitisme, atau menguntungkan hanya pada salah satu pihak, sedangkan pihak lain merasa dirugikan.

Pertemanan Beracun


    Lebih lanjut lagi, White  (2015 dalam Janah, 2020)  memaparkan beberapa ciri-ciri dari toxic friendship ini, yaitu:

1. Hanya ada ketika dia membutuhkan anda

2. Anda merasa terkekang dan seolah berusaha memisahkan anda dari hubungan sosial selain dengan orang tersebut.

3. Anda sadar bahwa yang dilakukan oleh teman anda itu buruk, namun anda tetap memberikan pembenaran yang berlebihan.

4. Hanya ingin didengarkan saja dan cenderung tidak mau mendengarkan cerita anda.

5. Memandang anda sebagai seorang rival atau saingan.

6. Tidak sungkan meminjam uang dan susah untuk mengembalikan (apalagi mencuri).

    Setelah membaca beberapa ciri di atas, apa jangan-jangan kita merasa bahwa diri kita yang toxic ?. Duh mari saling berbenah satu sama lain yuk, namun jika menemui teman dengan satu atau lebih bahkan seluruh ciri-ciri di atas bukan berarti kita harus memusuhinya ya. Tidak menjadikannya teman bukan berarti mereka musuh, namun lebih kepada menjaga kepada siapa kita akan menaruh kepercayaan. 

Macam-Macam Pertemanan yang Merugikan

    Setelah sedikit berkenalan dengan pertemanan yang beracun, ternyata jenis pertemana ini juga memiliki berbagai macam jenis loh. Gillard (2016,15-16 dalam Janah, 2020) membagi toxic friendship ini menjadi lima macam, sebagai berikut :

1. Teman yang tidak pernah hadir untukmu

    Mungkin sering kita dengar dengan istilah “egois”. Jenis pertemanan seperti ini cenderung ingin kamu hadir saat dia kesulitan, namun cenderung tidak ada ketika kamu membutuhkan dia. Tapi tunggu dulu, sebelum kita memberikan cap tersebut kepada teman kita, kita sebelumnya juga harus memahami intensitas “ketidakhadirannya” dalam kehidupanmu.

Friendship


    Selain itu, coba cari tau kenapa dia tidak bisa hadir saat kamu membutuhkan. Jangan-jangan dia juga sedang berjuang dengan permasalahannya yang ia simpan sendirian. Namun, jika dirasa berlebihan dalam mengabaikanmu dan cenderung hanya ingin didengarkan, maka silahkan ambil keputusan yang tidak menyakiti kedua belah pihak (dirinya dan pastinya dirimu).

2. Teman yang menginginkan apa yang kamu miliki

    Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Begitu juga dengan apa yang kita miliki dan belum tentu dimiliki oleh orang lain, begitu pula sebaliknya, apa yang tidak kita miliki namun dimiliki oleh orang lain.

    Teman yang merugikan akan cenderung berusaha merebut apa yang kamu miliki dan diinginkan olehnya. Hubungan pertemanan semacam ini merupakan hubungan yang parasit dan merugikan.

3. Teman yang iri dan dengki terhadapmu

    Memiliki tepat yang ikut senang akan keberhasilan kita merupakan anugerah dalam hidup, namun bagaimana jika memiliki teman yang iri dan dengki atas keberhasilan yang kita capai ?

    Merupakan hal yang banyak terjadi di kehidupan manapun adanya sosok yang tidak menyukai keberhasilan orang lain. Mungkin saja orang tersebut juga kesulitan dalam mengolah isi hatinya. Namun, kita juga memiliki hak untuk meletakkan orang tersebut di sisi mana ? apakah sebatas teman ngobrol ringan, atau sebagai orang yang dapat kita berikan kepercayaan lebih.

4. Teman yang suka berbohong

    Teman jenis ini merupakan teman yang sebetulnya perlu dibantu agar lebih jujur bahkan terhadap dirinya sendiri. Namun hal tersebut bukan menjadi tanggung jawab kita, jika dirasa merugikan atau tidak bisa kita bantu, maka kita juga punya hak untuk tidak menjalin hubungan lebih dalam dengan orang tersebut.

5. Teman yang menyakiti secara fisik maupun emosi

    Siapa sih yang mau disakiti secara fisik maupun emosi ? Memiliki teman yang dengan sengaja menyakiti kita baik fisik (memukul, menampar, dan lain sebagainya) maupun emosi (menyakiti hati secara verbal/ucapan) ketika kemauannya tidak kita turuti menjadikan kita merasa tidak nyaman. Sudah jelas yah, kita harus mempertimbangkan pertemanan jangka panjang dengan dia 😊

Tidak Masalah Jika Pilih-Pilih Teman

    Memilih teman dalam arti memilih orang-orang yang bisa kita berikan kepercayaan lebih dalam adalah hal yang penting, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental kita. Dengan memilih orang-orang kepercayaan kita akan mengurangi potensi rasa sakit hati maupun fisik, meskipun dalam pertemanan selalu ada saja permasalahan.

    Hal ini bukan berarti tidak apatis terhadap orang lain yang tidak kita anggap sebagai teman, bahkan menjauhi secara ekstreem atau memusuhi. Silaturahmi masih perlu kita jaga tanpa pandang bulu, karena apapun warna kulitnya, dari manapun asalnya, agama atau kepercayaan apa yang dianut merupakah hak setiap manusia dan kita harus menghargainya. Bahkan orang-orang marginal yang seolah menyeramkan pun juga manusia. Tetap kita hargai kemanusiaan dimanapun dan kapanpun. Jadi tidak masalah jika kita pilih-pilih teman.

Referensi 

Janah, S. A. (2020). Pesan Toxic Friendship dalam Film Animasi 3D (Analisis Isi pada Film Ralph Breaks The Internet: Wreck-It Ralph 2). Skripsi, Universitas Muhammadiyah Malang.

    Terimakasih sudah membaca sampai akhir, mohon maaf jika ada kesalahan kata. Silahkan tinggalkan jejak di kolom komentar dan follow IG @gubug_jiwa untuk update artikel terbarunya.

Seeya 😘

santiriksa
Sedang belajar ngeblog II Yuk Follow IG @gubug_jiwa atau klik logo Instagram di halaman paling bawah

Related Posts

5 komentar

  1. Aku juga cenderung pilih-pilih teman kak, soalnya aku gampang terpengaruh jadi mending gak berteman dengan sembarang orang. Takutnya malah terbawa ke hal yang negatif.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi lebih berhati-hati dalam pergaulan yah Mba

      Hapus
  2. Alhamdulillah saya diingatkan kembali dengan tulisan seperti ini. Saya sebagai cowok teman saya disekitar pergaulannya lumayan baik. Hanya saja yang kurang baik lw udah pada ngumpul pasti cari yang anget2 (arak / ciu). Namun saya tetap pada pendirian saya berteman dengan mereka tapi tidak ikut kedalam sifat buruk mereka. Namun terkadang jika saya dalam tekanan batin yang tinggi dan otak seperti tidak mampu menahan semua ini, rasanya ingin ikut seperti mereka (sempat ada keinginan), tapi saya belum pernah sama sekali alhamdulillah sampai saat ini. Untuk mendapatkan teman baru saat ini saya hanya mengandalkan koneksi internet untuk menimba ilmu dari mereka2 yang saya rasa sudah sukses dalam dunia blog. Keren kak, tulisannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih telah berkunjung ke tulisan ini Kak.

      Wah keputusan yang sangat bijak untuk tetap menjalin silaturahmi serta menjaga diri di waktu yang bersamaan. Sehat selalu Kak

      Hapus
    2. Sama-sama kak. Kakak juga sehat selalu dan sukses yaa kak, buat kita semua. Aamiin. 🤲🤲🤲

      Hapus

Posting Komentar