Dulu sempat ada ungkapan yang
menganjurkan kita untuk tidak pilih-pilih teman dalam bergaul. Aku pribadi
sangat setuju dengan ungkapan tersebut dalam rangka mengurangi diskriminasi
seperti warna kulit, latar belakang keluarga, atau status sosial. Akan tetapi
kita tetap memiliki hak untuk memilih mana saja orang yang bisa kita jadikan
teman berbagi, tentunya yang tidak merugikan satu sama lain agar tidak terjebak
dalam toxic friendship.
Mengenal Toxic Friendship
Siapa sih yang pengen terlibat
dalam sebuah pertemanan yang beracun ? patinya kita tidak ingin menjadi bagian
dari hubungan yang tidak menyenangkan itu. Gillard (2016:2, dalam Janah, 2020)
mendefinisikan toxic friendship ini
sebagai sebuah perilaku yang dilakukan seorang teman dan memberikan dampak
negatif seperti, stress, penurunan berat badan, kenaikan berat badan yang
berlebih, rambut rontok, kecemasan, depresi, amarah, dan berbagai masalah
kesehaan lain.
Definisi lain disebutkan oleh
Yager (2006:29-31 dalam Janah, 2020) dimana pertemanan yang beracun ini
merupakan hubungan persahabatan yang berbahaya dan merusak, yang juga hanya
bersifat satu arah. Ketika kita berteman dengan seseorang maka akan timbul
hubungan simbiosis mutualisme atau saling memberikan dampat positif satu sama
lain. Bukan yang bersifat satu arah dan cenderung merujuk pada hubungan
simbiosis parasitisme, atau menguntungkan hanya pada salah satu pihak,
sedangkan pihak lain merasa dirugikan.
Lebih lanjut lagi, White (2015 dalam Janah, 2020) memaparkan beberapa ciri-ciri dari toxic friendship ini, yaitu:
1. Hanya ada ketika dia membutuhkan
anda
2. Anda merasa terkekang dan seolah
berusaha memisahkan anda dari hubungan sosial selain dengan orang tersebut.
3. Anda sadar bahwa yang dilakukan
oleh teman anda itu buruk, namun anda tetap memberikan pembenaran yang
berlebihan.
4. Hanya ingin didengarkan saja dan
cenderung tidak mau mendengarkan cerita anda.
5. Memandang anda sebagai seorang
rival atau saingan.
6. Tidak sungkan meminjam uang dan
susah untuk mengembalikan (apalagi mencuri).
Setelah membaca beberapa ciri di
atas, apa jangan-jangan kita merasa bahwa diri kita yang toxic ?. Duh mari saling berbenah satu sama lain yuk, namun jika
menemui teman dengan satu atau lebih bahkan seluruh ciri-ciri di atas bukan
berarti kita harus memusuhinya ya. Tidak menjadikannya teman bukan berarti
mereka musuh, namun lebih kepada menjaga kepada siapa kita akan menaruh
kepercayaan.
Macam-Macam Pertemanan yang Merugikan
Setelah sedikit berkenalan dengan pertemanan yang beracun,
ternyata jenis pertemana ini juga memiliki berbagai macam jenis loh. Gillard
(2016,15-16 dalam Janah, 2020) membagi toxic
friendship ini menjadi lima macam, sebagai berikut :
1. Teman yang tidak pernah hadir untukmu
Mungkin sering kita dengar dengan istilah “egois”. Jenis
pertemanan seperti ini cenderung ingin kamu hadir saat dia kesulitan, namun
cenderung tidak ada ketika kamu membutuhkan dia. Tapi tunggu dulu, sebelum kita
memberikan cap tersebut kepada teman kita, kita sebelumnya juga harus memahami
intensitas “ketidakhadirannya” dalam kehidupanmu.
Selain itu, coba cari tau kenapa dia tidak bisa hadir saat
kamu membutuhkan. Jangan-jangan dia juga sedang berjuang dengan permasalahannya
yang ia simpan sendirian. Namun, jika dirasa berlebihan dalam mengabaikanmu dan
cenderung hanya ingin didengarkan, maka silahkan ambil keputusan yang tidak
menyakiti kedua belah pihak (dirinya dan pastinya dirimu).
2. Teman yang menginginkan apa yang kamu miliki
Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Begitu juga dengan apa yang kita miliki dan belum tentu dimiliki
oleh orang lain, begitu pula sebaliknya, apa yang tidak kita miliki namun
dimiliki oleh orang lain.
Teman yang merugikan akan cenderung berusaha merebut apa
yang kamu miliki dan diinginkan olehnya. Hubungan pertemanan semacam ini
merupakan hubungan yang parasit dan merugikan.
3. Teman yang iri dan dengki terhadapmu
Memiliki tepat yang ikut senang akan keberhasilan kita
merupakan anugerah dalam hidup, namun bagaimana jika memiliki teman yang iri
dan dengki atas keberhasilan yang kita capai ?
Merupakan hal yang banyak terjadi di kehidupan manapun
adanya sosok yang tidak menyukai keberhasilan orang lain. Mungkin saja orang
tersebut juga kesulitan dalam mengolah isi hatinya. Namun, kita juga memiliki
hak untuk meletakkan orang tersebut di sisi mana ? apakah sebatas teman ngobrol
ringan, atau sebagai orang yang dapat kita berikan kepercayaan lebih.
4. Teman yang suka berbohong
Teman jenis ini merupakan teman yang sebetulnya perlu
dibantu agar lebih jujur bahkan terhadap dirinya sendiri. Namun hal tersebut
bukan menjadi tanggung jawab kita, jika dirasa merugikan atau tidak bisa kita
bantu, maka kita juga punya hak untuk tidak menjalin hubungan lebih dalam
dengan orang tersebut.
5. Teman yang menyakiti secara fisik maupun emosi
Siapa sih yang mau disakiti secara fisik maupun emosi ?
Memiliki teman yang dengan sengaja menyakiti kita baik fisik (memukul,
menampar, dan lain sebagainya) maupun emosi (menyakiti hati secara
verbal/ucapan) ketika kemauannya tidak kita turuti menjadikan kita merasa tidak
nyaman. Sudah jelas yah, kita harus mempertimbangkan pertemanan jangka panjang
dengan dia 😊
Tidak Masalah Jika Pilih-Pilih Teman
Memilih teman dalam arti memilih orang-orang yang bisa kita
berikan kepercayaan lebih dalam adalah hal yang penting, karena hal ini sangat
berpengaruh terhadap kesehatan mental kita. Dengan memilih orang-orang
kepercayaan kita akan mengurangi potensi rasa sakit hati maupun fisik, meskipun
dalam pertemanan selalu ada saja permasalahan.
Hal ini bukan berarti tidak apatis terhadap orang lain yang tidak kita anggap sebagai teman, bahkan menjauhi secara ekstreem atau memusuhi. Silaturahmi masih perlu kita jaga tanpa pandang bulu, karena apapun warna kulitnya, dari manapun asalnya, agama atau kepercayaan apa yang dianut merupakah hak setiap manusia dan kita harus menghargainya. Bahkan orang-orang marginal yang seolah menyeramkan pun juga manusia. Tetap kita hargai kemanusiaan dimanapun dan kapanpun. Jadi tidak masalah jika kita pilih-pilih teman.
Referensi
Janah, S. A. (2020). Pesan Toxic Friendship dalam Film
Animasi 3D (Analisis Isi pada Film Ralph Breaks The Internet: Wreck-It Ralph
2). Skripsi, Universitas Muhammadiyah Malang.
Terimakasih sudah membaca sampai akhir, mohon maaf jika ada kesalahan kata. Silahkan tinggalkan jejak di kolom komentar dan follow IG @gubug_jiwa untuk update artikel terbarunya.
Seeya 😘
Aku juga cenderung pilih-pilih teman kak, soalnya aku gampang terpengaruh jadi mending gak berteman dengan sembarang orang. Takutnya malah terbawa ke hal yang negatif.
BalasHapusJadi lebih berhati-hati dalam pergaulan yah Mba
HapusAlhamdulillah saya diingatkan kembali dengan tulisan seperti ini. Saya sebagai cowok teman saya disekitar pergaulannya lumayan baik. Hanya saja yang kurang baik lw udah pada ngumpul pasti cari yang anget2 (arak / ciu). Namun saya tetap pada pendirian saya berteman dengan mereka tapi tidak ikut kedalam sifat buruk mereka. Namun terkadang jika saya dalam tekanan batin yang tinggi dan otak seperti tidak mampu menahan semua ini, rasanya ingin ikut seperti mereka (sempat ada keinginan), tapi saya belum pernah sama sekali alhamdulillah sampai saat ini. Untuk mendapatkan teman baru saat ini saya hanya mengandalkan koneksi internet untuk menimba ilmu dari mereka2 yang saya rasa sudah sukses dalam dunia blog. Keren kak, tulisannya.
BalasHapusTerimakasih telah berkunjung ke tulisan ini Kak.
HapusWah keputusan yang sangat bijak untuk tetap menjalin silaturahmi serta menjaga diri di waktu yang bersamaan. Sehat selalu Kak
Sama-sama kak. Kakak juga sehat selalu dan sukses yaa kak, buat kita semua. Aamiin. 🤲🤲🤲
Hapus